Hanya Hari Ini Saja Kita Hidup

Hari ini saja
Pixabay/Maklay62
Seorang pemikir mengatakan, "Hanya hari ini saja kamu hidup. Kemarin telah berlalu dan besok belumlah pasti datang."

Orang yang berpegang teguh pada keyakinan bahwa hanya hari ini saja dia hidup, pasti akan melakukan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya, baik pekerjaan maupun ibadahnya. Tidak akan ada waktu untuk menyesali sesuatu yang telah berlalu dan tidak akan ada penundaan dalam hal mengerjakan kebaikan, sehingga hidupnya penuh dengan kegembiraan. Ya, penyesalan dan penundaan, tanpa kita sadari sering kali menjadi penyebab utama kesedihan dalam hidup ini.

Penyesalan

Pernahkah anda menjadikan hari ini menjadi penuh kegalauan dengan membayangkan hal-hal buruk yang telah terjadi di masa lampau, yang sudah menjadi basi bersamaan dengan berlalunya waktu?

Kalau saya pribadi akan menjawab, "Ya, sering."

Pada saat bangun di pagi hari, seringkali saya mengingat-ingat kesalahan dan kegagalan di masa lampau. Syaraf-syaraf menjadi tegang dan rasa cemas terus membuncah di dalam dada. Selanjutnya, keluarlah kalimat pengandaian, "Seandainya saya melakukan ini, pasti akan begini dan tidak begini jadinya." Hal inilah yang acap kali membuyarkan fokus saya, untuk mengerjakan yang terbaik pada hari ini.

Baca juga : Jangan Terlalu Banyak Berpikir, Bekerjalah!

Sungguh, penyesalan akan kegagalan di masa lalu, sangatlah merugikan. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk mengubah itu semua, karena apa yang telah digariskan terjadi, maka terjadilah. Kita harus menyerahkannya kepada takdir, agar tidak diliputi kebencian, penyesalan, dan mungkin lebih parahnya lagi, prasangka buruk kepada Sang Pencipta.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadid: 22)

Penundaan


وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf: 34)

Saat timbul keinginan untuk menunda-nunda pekerjaan ataupun untuk melakukan kebaikan, ayat inilah, yang saya jadikan pemacu semangat.

Baca juga : Doa, Usaha, dan Syukurilah Apapun Hasilnya

Sungguh, mengingat kematian, membuat saya lebih mensyukuri arti kehidupan, lebih menghargai waktu, dan menanamkan keyakinan dalam hati, bahwa hari ini, mungkin saja menjadi hari terakhir saya untuk melakukan segala amalan yang diperintahkan oleh Rabb Yang Maha Kuasa. Dengan keyakinan ini pula, urusan dunia saya menjadi lebih baik, jarang sekali saya menunda-nunda pekerjaan. Penghasilan yang saya peroleh pun saya sisihkan terlebih dahulu untuk membayar utang-utang yang melilit, bukan karena saya takut dengan debt collector, tetapi saya takut utang tersebut menjadi pemberat saya di akhirat nanti. 

Kalau orang yang tidak bisa menerima ketetapan Allah atau suka berlarut-larut dalam penyesalan, memiliki kata favorit "seandainya", maka orang yang suka menunda-nunda pekerjaan, memiliki kata favorit "akan".

"Saya akan melakukan taubat"

"Saya akan mengerjakannya minggu depan"

"Saya akan ......" 

Perkataan "akan" ini sangat menyenangkan untuk dikatakan, karena mengalihkan tanggung jawab dari satu waktu ke waktu lainnya, sehingga beban pada saat ini, dapat berkurang. Padahal, tanpa disadari, perkataan ini banyak mencegah terjadinya kebaikan.

Dulu, saya sering sekali mengatakan "akan" apabila diminta untuk melakukan suatu pekerjaan, hingga pada akhirnya, pekerjaan menumpuk dan tidak lagi dapat saya selesaikan.

Dulu, saya sering sekali mengatakan "akan" untuk melakukan sholat tahajud, hingga pada akhirnya, jangankan sholat tahajud, sholat subuh pun sering terlewat.

Dulu, saya sering sekali mengatakan "akan" untuk berhenti merokok, hingga pada akhirnya, alih-alih berhenti  merokok, saya jutru merokok hingga dua bungkus sehari.

Namun, Alhamdulillah, kebiasaan-kebiasaan buruk di atas dapat saya hentikan, hanya dengan menghilangkan kata "akan". 

Jadi, lakukanlah yang terbaik hari ini, karena hanya hari ini saja kita hidup.

Post a Comment

Previous Post Next Post